Tirukural
Tuntunan Bijak Dari Masa ke Masa
Alih Bahasa dan Tafsir: AS. KOBALEN, M.Phil.
Aram – Kebenaran (Bab 31-38)
Bab 31: Jauhkan Diri Dari
Amarah
301 |
Orang yang mengendalikan
kemarahannya terhadap orang lemah yang tidak berdaya adalah tipe orang yang
mengendalikan diri dengan benar. Yang penting adalah apakah kemarahan ini
dikendalikan atau tidak terhadap orang lain. |
302 |
Kemarahan terhadap mereka
yang lebih kuat daripada diri kita adalah berbahaya. Tidak ada bahaya yang
lebih besar daripada kehilangan kendali terhadap orang yang lemah. |
303 |
Bahaya besar mungkin disebabkan oleh kemarahan.
Karena itu orang harus mengedalikan amarahnya terhadap siapa pun. |
304 |
Mungkinkah ada musuh yang
lebih besar daripada amarah yang bergejolak yang menghancurkan ketenangan dan
kegembiraan. |
305 |
Jika seseorang ingin
menjaga dirinya, maka dia harus mengendalikan kemarahan. Kalau tidak, maka
kemarahan itu akan menghancurkan dirinya. |
306 |
Api amarah akan
menghancurkan bukan saja orang yang terkena amarah itu tapi juga kerabatnya
yang membimbingnya ke jalan yang benar. |
307 |
Kehancuranlah bagi orang
yang menganggap kemarahan sebagai salah satu sifat kekuasaanya, sama dengan
tangan yang menghatam tanah. |
308 |
Meskipun disiksa
seolah-olah dibakar nyala api yang berkobar, jika mampu, ada baiknya jika
orang dapat mengendalikan amarahnya. |
309 |
Jika seseorang mampu
mengendalikan rasa marah dalam pikiranrya, maka dia akan memperoleh semua
yang ingin dimilikinya. |
310 |
Mereka yang kehilangan
kendali diri disamakan dengan orang mati. Mereka yang mengendalikan amarah
disamakan dengan orang bijak yang mampu menghadapi kematian. |
Bab 32: Tidak Berbuat Jahat
311 |
Menahan diri dari tindakan
mencelakakan orang lain merupakan sikap sejati orang yang berhati baik, walaupun
dengan mencelakakan orang lain orang itu mungkin mendapat keuntungan yang
besar |
312 |
Menahan diri dari mencelakakan orang lain sebagai
balas dendam atas tindakan mencelakakan dirinya dengan rasa permusuhan
merupakan aturan tingkah laku orang yang berhati mulia. |
313 |
Cedera yang ditimbulkan
bahkan terhadap orang yang memendam rasa permusuhan tanpa provokasi akan
mendatangkan penderitaan yang tidak dapat dipulihkan. |
314 |
Cara terbaik menghukum
mereka yang mencelakakan anda adalah membuat mereka merasa malu dengan cara
berbuat baik tampa pamrih pada mereka. |
315 |
Apa gunanya pengetahuan
seseorang jika dia tidak dapat menghayati penderitaan orang lain seperti
penderitaan dirinya sendiri untuk menjauhkan penderitaan itu. |
316 |
Orang harus menahan diri
dari melakukan perbuatan yang menurut pengetahuan seseorang akan mencelakakan
orang lain. |
317 |
Menahan diri dari melakukan
perbuatan buruk yang disengaja betapapun kecilnya bagi seseorang pada suatu
saat merupakan kebijakan terbaik. |
318 |
Bila seseorang telah
mengalami kepedihan karena dicederai orang lain, bagaimana dia bisa
menyebabkan kepedihan kepada orang lain. |
319 |
Perbuatan buruk yang kita
lakukan terhadap orang lain, dengan cepat akan mencelakakan kita sendiri. |
320 |
Semua penderitaan merupakan
hukuman yang diciptakan oleh penderitaan yang ditimbulkan terhadap orang
lain. Mereka yang bebas dari kepedihan akan menahan diri untuk tidak
mence-lakakan orang lain. |
Bab 33: Tidak Membunuh
321 |
Membunuh akan diikuti oleh
perbuatan lain yang penuh dosa. Karena itu tidak membunuh merupakan kebaikan
tertinggi. |
322 |
Menikmati makanannya
sendiri, apalagi menikmatinya dengan cara berbagi dengan orang lain, dan
melindungi hidup orang lain dari kelaparan dianggap sebagai kebaikan tertinggi
oleh orang bijak. |
323 |
Tidak membunuh merupakan kebaikan yang tidak
tertandingi menurut guru etika. Kebenaran menempati peringkat kedua sesudah
tindakan yang menjauhi dari pembunuh. |
324 |
Jalan yang benar menuju
keselamatan diri adalah menjalani hidup dengan berbuat baik dan tidak
membunuh makhluk hidup |
325 |
Orang yang berhasil menjauh
dari tindakan membunuh karena takut melakukan dosa pembunuhan adalah lebih
besar daripada mereka yang meninggalkan duniawi karena takut ikatan lahir. |
326 |
Dewa maut tidak akan
mempersingkat kehidupan seseorang yang menjunjung tinggi larangan membunuh
dalam hidupnya. |
327 |
Anda tidak boleh merengut
nyawa makhluk meskipun Anda sendiri akan kehilangan nyawa sendiri |
328 |
Kendati harta benda yang
berlimpa dan bahagiaan hidup yang kekal mungkin diperoleh dengan cara
membunuh korban, orang bijak yang meninggalkan masalah duniawi akan memandang
hina hasil yang diperoleh dengan cara tersebut |
329 |
Mereka yang menghancurkan
hidup akan dipandang rendah sebagai kemanusiaan oleh para suci yang menyadari
buruknya karma perbuatan membunuh. |
330 |
Mereka yang menderita
penyakit yang menakutkan dan menjauhi kemiskinan dianggap oleh orang bijak
sebagai mereka yang berdosa telah membunuh di masa lalu. |
Bab 34: Ketidakabadian
Hal-hal Duniawi
331 |
Menganggap sesuatu yang
bergerak cepat sebagai hal yang tetap sama dengan kebodohan dan dipandang
rendah oleh orang bijak. |
332 |
Kekayaan yang datang pada
seseorang dan kepergiannya disamakan dengan kerumunan orang yang menyaksikan
drama dan bubarnya kerumunan itu. |
333 |
Kekayaan itu bersifat sementara (singkat). Karena
itu orang harus merebut peluang dalam berbuat kebaikan bila dia memperoleh
peluang itu. |
334 |
Hari yang mengukur waktu
dapat dibandingkan dengan sebilah pedang yang hari demi hari memendekan umur
manusia. |
335 |
Sebelum rasa sakit maut
mendekat dan sebelum orang kehilangan kemampuan untuk bertutur dan kehabisan
nafas, maka orang itu harus bergegas dalam berbuat kebaikan |
336 |
Sifat dunia adalah
kesementaraan hidup. Kepergian seseorang pada hari ini padahal dia masih ada
kemarin merupakan kejadian yang lazim. |
337 |
Manusia tidak merasa pasti
dalam menjalani hidup pada saat berikutnya. Namun ambisinya besar. |
338 |
Kedekatan tubuh dan jiwa
sama dengan dekatnya telur dengan calon anak ayam di dalamnya. Jiwa
meninggalkan jasad sama seperti anak ayam meninggalkan kulit telur. |
339 |
Mati dan lahir adalah
bagaikan tidur dan bangun |
340 |
Tampak bahwa jiwa yang
sementara berlindung dalam jasad, yang cenderung terkena penyakit, tidak
memiliki tempat tinggal yang tetap. |
Bab 35: Penolakan Duniawi
341 |
Seseorang tidak akan
mengalami kemiskinan dari keinginan yang dilepaskannya dari ikatan dirinya. |
342 |
Kesenangan yang timbul dari tindakan menjauhi
kesenangan duniawi itu banyak. Karena itu jika seseorang ingin menikmati
kesenagan ini maka dia harus menjauhi kesenagan duniawi pada saat yang tepat. |
343 |
Orang yang ingin menyelamatkan hatinya harus
menjauhi kesenangan indera, dan pada saat yang sama meninggalkan semua
miliknya yang diperlukan untuk kesenangan itu. |
344 |
Tidak memiliki harta benda
duniawi akan membantu seseorang dalam menjalani kehidupan rohani. Memiliki
sesuatu cenderung menimbulkan ilusi dan mengakhiri pendirian seseorang untuk
hidup sebagai rohaniawan |
345 |
Kalau tubuh itu sendiri dianggap sebagai beban
oleh mereka yang berupaya membebaskan diri dari kelahiran, bagaimana mereka
dapat memiliki ikatan dunia yang lain. |
346 |
Mereka yang menjauhi egoism
(keakuan) akan mencapai kebahagian surgawi tertinggi yang jarang dicapai
bahkan oleh para dewa. |
347 |
Kemiskinan tidak akan
melongarkan cengkramannya terhadap mereka yang dikuasai oleh keinginan oleh
keinginan. |
348 |
Hanya mereka yang
sepenuhnya telah meninggalkan kehidupan duniawi saja yang dapat mencapai
keselamatan. Yang lainnya akan terjebak dalam ilusi Samsara. |
349 |
Baru sesudah seseorang
meninggalkan keinginan yang ganda, maka dia dapat mengatasi hal kelahiran.
Kalau tidak dia akan tunduk pada pergantian lahir dan mati yang disebabkan
oleh keinginan. |
350 |
Tempuhlah jalan keselamatan
yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, yang meskipun bersifat ada di
mana-mana, tetap terpisah, sehingga kamu dapat meninggalkan semua keinginan
duniawi. |
Bab 36: Pengetahuan tentang
Kebenaran
351 |
Ilusilah yang membuat
seseorang menanggapi hal-hal yang tidak realitas karena realitas menimbulkan
kelahiran yang tidak luhur. |
352 |
Mereka yang bebas dari
ilusi dan telah mencapai pengetahuan yang tinggi akan dibebaskan dari
kelahiran (penitisan). |
353 |
Bagi mereka yang telah mendapatkan pengertian yang
jelas yang bebas dari keraguan, maka kebahagiaan surgawi itu lebih dekat
daripada kasenangan duniawi |
354 |
Mereka yang belum mencapai
pengertian sejati tidak akan mencapai apapun kendati mereka telah mengendalikan
panca indrianya. |
355 |
Mampu membedakan realitas
penampilan, apapun bentuknya, adalah kebijaksanaan yang sesungguhnya
Spiritualis murni. |
356 |
Mereka yang telah menyadari
kebenaran dalam kelahiran ini melalui ajaran yang diberikan oleh gurunya
dengan baik dan benar, akan mengetahui bagaimana caranya mencegah menitis
kembali ke dunia ini. |
357 |
Dia yang menyadari
kebenaran tampak ragu sedikitpun sesudah tuntas mendalami ajaran “guru”,
tidak lagi merasa takut bahwa dirinya akan menitis kembali. |
358 |
Bila ilusi yang menjadi
penyebab utama penitisan jiwa itu lenyap, maka wujud kebenaran yang muncul
adalah kebijaksanaan yang sesungguhnya |
359 |
Kalau seseorang menyadari
kehidupan yang merambah ke mana-mana dan menjalani hidup yang membebaskan
diri maka dia akan bebas dari akibat tindakannya di masa lalu yang mungkin
menghalangi upaya dalam menyadari kebenaran dan juga akan membuatnya kebal
dari siksa oleh itu semua di masa yang akan datang. |
360 |
Dengan lenyapnya rasa suka,
rasa tidak suka dan kebodohan, barulah siksa yang timbul dari itu semua akan
lenyap. |
Bab 37: Pemusnahan Keinginan
361 |
Keinginan adalah benih bagi
rantai kelahiran (titisan) abadi bagi semua makhluk sepanjang waktu. |
362 |
Kalau ada satu hal yang harus diminta seseorang
maka itu adalah kebebasan dari lahir kembali (minitis) dan ini dicapai dengan
melenyapkan keinginan |
363 |
Tidak ada kebahagiaan yang sama dengan hidup tanpa
keinginan dalam dunia ini atau dalam dunia sesudahnya yang didambakan
seseorang. |
364 |
Keselamatan diri adalah
keadaan sempurna yaitu kebebasan dari keinginan yang timbul dari cinta
seseorang kepada kebenaran. |
365 |
Hanya mereka yang bebas
dari keinginan yang akan bebas dari titisan yang lain tidak akan demikian
walaupun mereka kebal dari siksa tertentu. |
366 |
Keinginan adalah keburukan
yang menimbulkan tipu daya dan yang mengalihkan perhatian seseorang dari
Mukthi. Karena itu ada baiknya jika seseorang menyadarinya dan melindungi
dirinya dari hal ini. |
367 |
Seandainya mungkin bagi
seseorang untuk sepenuhnya melenyakan keinginan maka kehidupan pertapa yang
diperlukan untuk membebaskan diri dari siksa kelahiran akan muncul sendirinya
(dari dirinya). |
368 |
Tidak ada kemiskinan kalau
tidak ada keinginan. Kalau ada keinginan maka kemiskinan akan selalu datang
lagi. |
369 |
Kalau keinginan, yang
merupakan siksa terbesar akan musnah maka tidak akan ada kebahagiaan abadi
bahkan dalam dunia ini. |
370 |
Kalau keinginan, yang tidak
pernah puas dapat dilenyapkan maka orang akan mencapai keabadian dalam
Mukthi. |
Bab 38: Takdir
371 |
Dia yang ditakdirkan kaya
adalah orang yang rajin. Kemiskinan akan mencapai akan menimpa orang yang
malas. |
372 |
Nasib buruk menumpulkan kecerdasan seseorang dan
membuatnya kehilangan kekayaannya padahal bila dia memperoleh nasib baik, ini
mempercepat kecerdasannya dan menambah kemakmuran. |
373 |
Kendati seseorang mungkin memperoleh pngetahuan
yang dalam dengan belajar, kecenderungan yang ada dalam diri seseorang akan
unggul (lebih berkuasa) |
374 |
Menjadi kaya merupakan
suatu hal, tapi mencapai kebijaksanaan merupakan hal lain lagi. Ini merupakan
sifat ganda dalam dunia ini. |
375 |
Melalui pengaruh nasib maka
sarana yang baik dalam mendapatkan kekayaan mungkin menjadi bencana dan semua
sarana yang buruk ternyata berguna. |
376 |
Apa pun yang tidak
ditakdirkan menjadi miliknya akan hilang, bagaimanapun keras upayanya dalam
melindunginya atau betapapun dia mungkin mencoba menyelamatkannya, apa yang
dimiliki tetap ada kalau dia ditakdirkan dia akan memilikinya. |
377 |
Bahkan bagi mereka yang
telah memperoleh kekayaan besar, menikmatinya mungkin tidak terwujud kecuali
sebagaimana ditakdirkan oleh zat yang mengatur semua hal. |
378 |
Orang miskin yang tidak
memiliki apa-apa untuk dinikmati akan menjauhi kehidupan duniawi, kalau nasib
tidak lagi menyiksanya. |
379 |
Seseorang akan menerima dan
menikmati hal-hal yang baik dalam dunia ini yang diberikan kepadanya; jika
demikian mengapa dia harus merasa terganggu bila kemalangan menimpanya. |
380 |
Apakah yang lebih kuat dari
nasib? Nasib menghalangi setiap upaya yang digunakan (sebagai upaya terakhir)
untuk menghindarinya. |
No comments:
Post a Comment