Sunday 28 March 2021

Bab 109-120

 Tirukural

Tuntunan Bijak Dari Masa ke Masa
Alih Bahasa dan Tafsir: AS. KOBALEN, M.Phil.

3. Inbam - Kebahagiaan

Bab 109: Tergila-Gila Akibat Kecantikan Sang Putri

1081

Apakah bentuk yang bertabur permata ini merupakan suatu wanita perayu atau burung merak yang langka atau dara yang ayu? Pikiran saya terlalu bingung untuk mengatakanya.

1082

Aku melihatnya dan dia melihatku. Ini adalah ger­akan cepat dewa cinta dengan sejumlah keinginan

1083

Saya belum mengenal kematian, sekarang saya tahu, kematian memiliki keindahan seorang wanita, dengan mata yang mengobarkan perang tanpa henti.

1084

Mata makhluk yang lembut ini yang tidak sesuai dengan sifat wanitanya tampaknya cenderung merenggut nyawa yang menatapnya.

1085

Apakah ini kematian atau sepasang mata seekor rusa? Dara ini tampak seperti ketiganya.

1086

Apakah alis matanya yang lengkung harus begitu saja dan menghalangi jalan orang, matanya tidak akan membuat saya gemetar karena kesakitan.

1087

Korset yang menutupi buah dadanya yang sempurna bagaikan yang menutupi mata seekor gajah yang sedang birahi.

1088

Kekuatanku yang membuat atasanku mengeluh di medan tempur telah buyar di hadapan alis matanya.

1089

Dia tampak bagaikan seekor rusa yang lembut dengan sikap merendah yang penuh pesona. Hiasan apa lagi yang dapat menambah keindahannya?

1090

Anggur menyenangkan hanya mereka yang menikmatinya. Cinta mengembirakan orang ketika orang itu baru saja melihatnya.

 

Bab 110: Pengenalan Tanda-Tanda

1091

Matanya dihiasi warna hitam, memiliki dua pan­dangan sekilas yang satu menyiksaku yang satu menyembuhkan rasa sakit yang menyiksaku tadi.

1092

Pandangan sekilas yang dilakukannya dengan diam-diam bukan hanya setengah kebahagiaan cinta, ini lebih besar dari itu.

1093

Dia melihatku dan menundukan kepalanya karena tersipu malu, tanda ini menyirami benih cinta kami.

1094

Ketika aku menatapnya matanya menatap lantai; ketika aku tidak menatapnya dia menatapku dan tersenyum lembut.

1095

Selain menghindar untuk menatap langsung ke arahku dia seperti biasanya mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.

1096

Meskipun mereka berbicara bagaikan orang yang masih asing, kata-kata mereka yang tidak memiliki niat buruk dapat dimengerti dengan segera.

1097

Sedikit kata yang pedas dan pandangan tersinggung merupaka akal dan ungkapan tersembunyi cinta yang mendalam.

1098

Aku menatapnya dengan penuh gairah; dia tersenyum lembut, betapa cantiknya gadis yang ramping itu.

1099

Seperti sepasang merpati mereka yang jatuh cinta dapat saling menatap dengan cara biasa seolah-olah tidak saling kenal.

1100

Apa gunanya kata yang keluar dari mulut kalau tatapan mata sudah saling serasi

 

Bab 111: Sukacita Dalam Pelukan

1101

Aku melihat, mendengar, menyentuh, mencicipi dan mencium dan menemukan kenikmatan panca indera dalam diri gadis rupawan.

1102

Obat penyakit selalu merupakan sesuatu yang berbeda darinya, tapi bagi penyakit yang disebabkan oleh gadis yang cantik ini, dia sendiri sudah jadi penawarnya

1103

Mungkin surga dewa wisnu bermata teratai benar semanis mereka yang sedang tidur pulas dalam pelukan hangat kekasihnya.?

1104

Dari mana dia memperoleh api yang membakar bila dijauhi dan menyejukkan bila didekati

1105

Gadis sependapat dengan apa pun yang kuinginkan tatkala memeluknya dengan penuh kasih sayang

1106

Lengannya terbuat dari madu, karena sentuhannya membangkitkan hidupku bilamnapun lengannya menyentuhku.

1107

Pelukan gadis ini sangat menyenangkan seperti berbagi makanan dengan tamu di rumah.

1108

Betapa manisnya pelukan bagi mereka yang bercinta, Terasa dekat bahan di mana angin sekalipun tidak menemukan celah untuk lewat.

1109

Pertengkaran, rukun kembali, dan pelukan ini semua merupaka kebahagiaan (berkat) yang dinikmati oleh pecinta.

1110

Kalau kebodohan seseorang diketahui, maka akan semakin giat belajar. Demikian juga hubungan yang berulang dengan wanita yang menarik hati.

 

Bab 112: Memuji Kecantikannya

1111

Tuhan memberkatimu, Anicha, yang paling lembut dari segala bunga, tapi lebih lembut lagi kekasihku.

1112

Bagaimana kamu membandingkan matanya dengan bunga, wahai pikiran yang terperdaya? Banyak orang yang sudah melihat bunga.

Matanya saja yang melihatku.

1113

Tangan bagaikan batang bambu, senyumnya bagaikan mutiara, tubuhnya lembut matanya bagaikan tombak dan napasnya bak aroma wangi.

1114

Seandainya teratai biru dapat melihat dia akan merundukkan batangnya dan menatap tanah dengan berkata” aku tak per­nah menyurpai mata makhluk yang sangat indah ini”.

1115

Dengan beberapa tangkai dia memakai bunga Anicha. Berat mematahkan pinggangnya dan gendang yang menyedihkan berbunyi lantang.

1116

Bintang gemilang berpencar, karena tidak mengetahui yang mana bulan dan yang mana wajah sang dara.

1117

Wajah wanita tidak memiliki noda bagaikan bulan yang membesar, menyusut, dan berubah.

1118

Engkau mendapat berkat wahai bulan. Dapatkah kau bersinar seperti wajah gadis ini. Jika demikian aku akan jatuh cinta padamu.

1119

Haruskan engkau wahai bulan ingin menyerupai wajah kekasihku yang matanya bagaikan bunga, yang tidak sembarang menjatuhkan sinarnya.

1120

Bahkan bunga Anicha dan leher angsa bagaikan tumbuhan yang matang di kaki gadis ini.

 

Bab 113: Berbicara Tentang Kebaikan Cinta

1121

Semanis susu dan madu embun yang berasal dari gigi putih gadis yang kata-katanya sangat lembut

1122

Bagaikan sesuatu antara jasad dan jiwa. Demikianlah cinta antara aku dan gadis ini.

1123

Wahai gambaran dalam bola mataku, menjauhlah! Tidak ada tempat bagi kekasihku yang berkulit mulus dan beralis indah.

1124

Kekasihku yang cantik bagaikan jiwa yang hidup (bila dia bersamaku), bagaikan jiwa yang mati kalau dia meninggalkanku.

1125

Aku tak akan dapat melupakan, aku selalu ingat pada pesona matanya yang berbinar.

1126

Kekasihku selalu ada dalam mataku. Kedipan matanya tidak akan mencederaiku, begitu halus bentuknya.

1127

Karena kekasihku berada dalam mataku, aku tidak akan menghiasinya karena aku takut kehilangan dalam sekejab.

1128

Karena kekasihku berada dalam lubuk hati, aku takut menerima makanan yang pedas karena takut makanan ini mencederainya.

1129

Aku tidak mengedipkan mata karena tahu bahwa kalau aku melakukannya, maka kekasihku akan lenyap dan karena alasan ini, maka kota ini berkata bahwa dia bukanlah orang yang baik hati.

1130

Kekasih selalu tinggal dengan senang hati di lubuk hatiku, tapi penduduk desa berkata bahwa pria itu tidak memiliki cinta dan hidup mengucilkan diri.

 

Bab 114: Mengabaikan Kesepian dan Persembunyian

1131

Bagi mereka yang sesudah kenikmatan seksual menderita karena ketidak-mampuannya, maka ti­dak ada pemulihan yang semanjur kuda palmyra.

1132

Raga dan pikiranku tidak dapat menanggung kepedihan cinta. Lenyaplah rasa malu pada waktu mereka menyukai ratapan.

1133

Dulu aku rendah hati dan pendirian. Kini aku menunggang kuda palmyra – satu – satunya yang bisa membantu pecinta yang penuh gairah.

1134

Dari biduk aib dan kejantanan, gejolak cinta telah meluluhlantakan diriku.

1135

Dia (dara) yang berhias gelang kecil seperti kalung/untaian bunga telah memberikan kepada­ku kuda palmyra bahkan di tengah malam.

1136

Aku melihat dara yang sederhana itu dalam piki­ranku dan mataku tak bisa tidur. Karenanya aku tunggangi kuda palmyra bahkan di tengah malam.

1137

Tidak ada yang begitu besar seperti kewanitaannya sementara tersiksa karena cinta yang sedalam lautan, tidak menaiki tangkainya.

1138

Wanita sangat lembut, masih perawan dan rendah hati. Namun gairah melepas semua kendali dan memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya.

1139

Gairahku berada dalam keadaan bingung. Gairahku merasa bahwa tidak ada yang mengetahuinya secara umum.

1140

Saya melihat orang bodoh menertawaiku karena mereka tidak merasakan pedih dan resah hatiku.

 

Bab 115: Menjelaskan Selentingan Secara Terbuka

1141

Hidupku yang rapuh menangani skandal yang mengambang; sungguh beruntung aku karena banyak yang tidak mengetahui

1142

Masyarakat telah membantuku dengan desas-desusnya; mereka tidak tahu betapa sukarnya memenangi gadis ini yang matanya bagaikan bunga.

1143

Apakah gosip masyarakat tentang cinta kita merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan diriku? Ini membuatku merasa seolah-oleh aku memiliki apa yang tidak kumiliki.

1144

Desas-desus umum ini menggelorakan gairahku terhadapnya ataukah cinta kami menjadi basi dan pudar

1145

Adalah menyenangkan menenggak minuman keras jika memabukan, meskipun demikian, alangkah manisnya cintaku, bila mereka membicarakannya.

1146

Pada hari yang berlangsung lama kami bertemu dan saling tatap. Desas-desus telah menyebar bagaikan gerhana yang menutupi bulan.

1147

Rindu dendam cinta dipupuk oleh desas-desus wanita kota dan telah disirami kata-kata pedas ibuku.

1148

Memikirkan untuk memadamkan cinta kami dengan skandal mereka sama saja dengan memadamkan api dengan ghee

1149

Kekasihku yang berkata,”jangan takut”, telah membiarkanku menanggung malu. Mengapa aku harus mundur dari skandal?

1150

Masyarakat telah memanjakan diri dalam skandal yang mereka terima, karena kekasihku akan memberiku apa yang kuinginkan.

 

Bab 116: Perpisahan yang tak Tertahankan

1151

Bicaralah padaku jika kamu tidak beranjak pergi. Bahwa kau akan segera kembali, bicaralah kepada mereka yang masih hidup.

1152

Air mukanya dulu menenangkan; tapi kini bahkan hubungan pun menjadi menyakitkan karena takut berpisah.

1153

Karena kekasih yang penuh pengertian sekalipun mungkin sewaktu-waktu pergi, maka keyakinan nyaris mustahil.

1154

Kalau dia yang memberikan cintanya dan berkata, jangan takut, harus pergi juga, apakah ini meru­pakan kesalahan mereka yang percaya pada kata-kata jaminannya?

1155

Kalau ingin menyelamatkanku, selamatkan aku dari perpisahan dari Swamiku; kalau tidak demikian, kalau dia pergi maka reuni tidak terbayangkan.

1156

Kalau dia mungkin cukup kejam untuk berbicara tentang perpisahan, tipis sekali harapan bahwa dia akan berbaik hati kembali.

1157

Tidakkah gelang lepas dari lenganku mencanangkan kepergian Swamiku?

1158

Betapa menyakitkan tinggal di tempat yang tidak ada kawan, tapi jauh menyakitkan jika berpisah dari kekasih.

1159

Api membakar hanya jika disentuh. Tapi seperti hati yang dimabuk cinta, dapatkah api membakar pada waktu berpisah?

1160

Banyak yang menjalani hidup menanggung kepedihan perpisahan. Tapi aku tidak memiliki harapan dapat bertahan hidup dari perpisahan yang menyakitkan ini.

 

Bab 117: Ratapan Karena Menjalani Perpisahan

1161

Bagaimana menanggung atau melenyapkan rindu dendam cinta yang menyakitkan ini? Perasaan ini terus menerus membesar bagaikan mata air yang bergejolak?

1162

Aku tak dapat menyembunyikan, dan juga tak dapat membeberkannya, karena malu, kepada dia yang menjadi penyebabnya.

1163

Dalam jasadku yang terlalu lemah untuk menanggung itu semua, cinta dan malu bergantungan pada salah satu sisi tiang hidupku.

1164

Aku berada di tengah laut gairah, (tapi) tak ada perahu penyelamat untuk menyeberanginya

1165

Mereka yang menimbulkan penderitaan ketika sedang bercinta apa yang tidak akan mereka lakukan kalau mereka sedang dilanda benci?

1166

Cinta bila kesampaian adalah laut kesenangan. Bila ditolak, adalah lebih luas dari lautan kepedihan

1167

Aku menanggung derita dalam senyapnya tengah malam tak mampu menyeberangi laut gairah tidak bertepi.

1168

Malam yang bermurah hati melenakan semua jiwa hingga tidur pulas. Malam ini menemaniku dalam kesepian di mana aku tak bisa tidur.

1169

Jam- jam tengah malam melintas begitu lambat. Malam ini lebih kejam daripada orang yang kejam yang telah memberiku rasa pedih ini.

1170

Bila pandanganku tertuju kepadanya secepat hatiku, maka pandangan ini tidak perlu berenang dalam banjir air mata.

 

Bab 118: Mata Menguras Keinginan

1171

Mata ini memperlihatkan kekasih kepadaku dan menyampaikan kesedihan yang tak terobati. Mengapa mereka harus bersedih dan menangis?

1172

Mata yang berhias ini menatapnya pada hari itu tanpa pikiran sebelumnya. Mengapa harus menangis penuh sesal pada hari ini?

1173

Mata ini menatap penuh gairah pada kekasihku pada hari itu dan menangisi ketidak-hadirannya pada hari ini! Alangkah lucunya!

1174

Mata ini membuatku merasa pedih tak habis-habisnya dan kini kering, karena menangis sedih.

1175

Mata ini telah menimbulkan samudera kesedihan bagiku yang kutanggung tanpa bisa tidur atau beristirahat.

1176

Betapa gembiranya aku karena mata yang memberi penyakit ini, kini juga terkena penyakit.

1177

Mata yang menatapnya dengan penuh gairah dan kerinduan kini kering karena penderitaan yang tak habis-habisnya.

1178

Dengan bibir dia mencintai dan bukan dengan hati! Namun mataku sedih tak bisa tidur tanpa melihatnya.

1179

Ketika dia jauh mataku tak bisa tidur; ketika dia ada, mataku tak bisa tidur, dalam salah satu keadaan ini mataku menanggung derita yang tidak tertahankan.

1180

Tidaklah sulit bagi penduduk di tempat ini untuk memahami rahasia mereka yang matanya, seperti mataku, sebagaimana adanya, adalah genderang yang ditabuh.

 

Bab 119: Tubuh yang Pucat Pasi

1181

Aku yang setuju dengan perpisahan atas kehendak yang Kuasa, kepada siapa aku dapat menyampaikan keadaan bahwa aku telah tampak pucat pasi?

1182

Rasa bangga disebabkan olehnya, karena kepucatan pemberiannya menyebar ke seluruh tubuhku.

1183

Dia telah mengambil keindahanku dan kerendah­an hatiku dan telah memberiku sebagai gantinya, keadaan sakit dan kulit yang pucat pasi ini.

1184

Aku memikirkannya; memujinya adalah tesisku; namun kepucatan ini telah menyebar ke seluruh tubuhku.

1185

Cintaku menjauh dan kepucatan ini telah melanda tubuhku.

1186

Seperti kegelapan yang sedang menunggu redupnya lampu, kepucatan ini berbaring menunggu lunglainya pelukan kekasihku.

1187

Aku berada dalam dekapannya yang kuat. Aku berpaling sebentar dan kepucatan ini merayapi tubuhku.

1188

Selain dari berkata, “ Dia telah menjadi pucat”, tidak seorang pun berkata, Dia telah meninggalkan kekasihnya”.

1189

Kalau dia bebas dari rasa bersalah, dia yang telah membujukku untuk menyetujui kepergiannya, biarkan jasadku menderita dengan semestinya dan berubah menjadi pucat pasi.

1190

Meskipun seluruh jasadku menjadi sangat pucat, tidaklah menjadi masalah. Untuk itu Jangan biarkan orang menghina kekasihku.

 

Bab 120: Meningkatnya Rasa Sakit Karena Kesendirian

1191

Mereka yang hanya mendapatkan buah cinta tanpa biji , yang dapat memenangkan kekasih mereka.

1192

Seperti manfaat yang diberikan oleh awan kepada mereka yang hidup, demikian juga kemurahan hati yang diperlihatkan oleh pencinta kepada orang yang dicintai.

1193

Dengan semua kehormatan, mereka bernasib malang kalau cinta mereka tidak terbalas dari orang yang mereka kasihi.

1194

Kalau tidak ada cinta yang mendapat tanggapan, cinta yang bersambut, pertanda apa yang dapat kuperoleh dari kekasihku?.

1195

Jika tidak ada balasan cinta , nikmat apa yang bisa saya dapatkan dari kekasihku.

1196

Cinta sepihak hanya menimbulkan kepedihan. Seperti beban berat yang ada pada pikulan, cinta harus diseimbangkan pada kedua ujungnya.

1197

Dewa cinta yang menetap dan hanya bertindak pada diri seseorang apakah dia buta terhadap kesedihan dan penderitaan?

1198

Tidak ada satupun yang begitu teguh dan tegar seperti yang masih hidup untuk mencintainya, mencintai orang yang tidak menyampaikan pesan baik kepadanya.

1199

Meskipun dia yang kusayang tidak memperlihat-kan simpati, sepatah kata darinya sudah begitu merdu bagi telingaku.

1200

Berkatilah hatiku, sampaikanlah deritamu kepada dia yang tidak memberi tanggapan.

 

Tirukkural:Halaman isi

 

No comments:

Post a Comment