Sunday 28 March 2021

Bab 21-30

 Tirukural

Tuntunan Bijak Dari Masa ke Masa
Alih Bahasa dan Tafsir: AS. KOBALEN, M.Phil.

Aram – Kebenaran (Bab 21-30)

Bab 21: Rasa Takut Akan Perbuatan DOsa

201

Mereka yang mengalami ilusi yang disebabkan oleh tindakan buruk mereka di masa lalu tidak akan merasa takut berbuat buruk. Hanya orang baik yang memilki rasa takut akan berdbuat dosa.

202

Karena perbuatan buruk menimbulkan akibat buruk, maka perbuatan buruk semacam itu lebih ditakuti daripada api.

203

Menahan diri dari keburukan bahkan bagi me-re­ka yang berbuat buruk dikatakan merupakan hal yang paling tinggi dari seluruh kearifan.

204

Jangan menginginkan keruntuhan orang lain bahkan dalam keadaan tidak sadar. Kalau anda melakukannya, maka kerutuhan anda sendiri pasti akan terjadi.

205

Jangan berbuat buruk demi menjauhkan diri dari kemiskinan. Kalau anda melakukannya, maka anda semakin miskin.

206

Seseorang yang bebas dari penderitaan besar karena tindakan buruk, harus menahan diri untuk tidak melakukan keburukan kepada orang lain.

207

Seseorang mungkin lolos dari permusuhan besar, tapi tidak mungkin lolos dari balas dendam per­buatan buruk.

208

Persis seperti bayangan seseorang yang mengikutinya kemanapun dia pergi, demikian kehancuran juga akan mengikuti jalan orang yang berbuat buruk.

209

Jika orang peduli pada kesejahteraan dirinya sendiri, maka tidak sepatutnya dia berbuat buruk kepada orang lain.

210

Jika seseorang tidak ingin menyimpang dari jalan yang benar dan tidak ingin berbuat keburukan kepada orang lain, ketahuilah bahwa keburukan tidak akan menimpanya.

 

Bab 22: Pengetahuan Tentang Sifat Keagamaan

211

Bagaimana mungkin dunia patut memperoleh hujan? Demikian juga kewajiban tidak mengharap imbalan.

212

Kekayaan yang didapat oleh orang yang patut melalui ketekunannya yang wajar dan positip layak untuk amal.

213

Berbuat baik kepada orang lain merupakan kebaikan yang paling luhur.

214

Hanya orang yang bertindak selaras dengan dunia yang mungkin disebut makhluk hidup. Yang lain akan dihitung di kalangan orang yang mati.

215

Kekayaan orang bijak yang bertindak selaras dengan dunia mungkin dapat dibandingkan dengan penuhnya tangki air penduduk desa.

216

Kekayaan yang berada dalam tangan orang liberal sama dengan sebatang pohon yang berguna dan berbuah di tengah lapangan kota.

217

Jika seseorang yang baik dan mulia datang dengan kekayaan, maka kekayaan itu bagaikan pohon obat yang dapat dijangkau tanpa halangan.

218

Seseorang yang bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawabnya dengan benar, tidak akan gagal dalam kewajibannya, walau karenanya dia harus menjadi miskin.

219

Kemiskinan seseorang yang suka memberi merupakan hal yang mengganggunya dalam ketidak mampunya memberi bantuan yang layak diterim orang lain.

220

Jika kekayaan lenyap akibat menjalankan kewajiban untuk orang lain, maka kehilangan semacam itu patut diperoleh bahkan dengan mengorbankan hidupnya sendiri.

 

Bab 23: Memberi Dharma / Punia

221

Memberi kepada orang miskin merupakan amal yang sesungguhnya. Semua pemberian yang lain adalah investasi yang mengharap hasil.

222

Menerima pemberian tidaklah dikehendaki walaupun hal ini mungkin dikatakan akan menuju berkah surgawi. Memberi itu dikehendaki meskipun dengan cara itu mungkin berkah surgawi tidak didapat.

223

Orang yang lahir sebagai orang yang bermartabat tidak akan meminta amal meskipun dia miskin dan juga dia tidak akan menahan diri dari perbuatan memberi bila didekati oleh orang miskin.

224

Hingga orang yang meminta amal itu senang, maka tidaklah menyenangkan bagi orang yang memberi amal itu .

225

Kemampuan mereka yang berbuat baik dengan menahan lapar tidak sama dengan kemampuan pemilik rumah yang ingin menghilangkan rasa lapar orang lain.

226

Amal dalam menghilangka rasa lapar yang dialami oleh si miskin merupakan investasi sosial dan rohani bagi kekayaan yang telah diperoleh seseorang.

227

Orang yang memiliki kebiasaan memberikan makanannya kepada orang lain tidak akan menderita penyakit berat yang disebut rasa lapar.

228

Orang yang kikir yang menimbun kekayaan dan akhirnya kehilangan kekayaannya, tidak mengetahui kesenangan yang didapatkan oleh orang yang bijak dalam tindakannya memberi kepada orang yang miskin apa yang mereka perlukan

229

Menikmati sendiri kekayaan yang ditimbun, tanpa memberi orang lain adalah lebih hina dari seorang pengemis yang meminta-minta.

230

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada maut, tapi bahkan yang dikehendaki jika seseorang tidak mampu menolong orang yang membutuhkan.

 

Bab 24: Kemasyuran

231

Tidak ada pemberian yang lebih besar bagi manusia daripada kemasyhuran yang diperoleh Karena selalu beramal pada orang miskin.

232

Semua puja-puji yang disenandungkan oleh orang yang berilmu akan berpusat pada ketenaran mereka yang selalu memberi kepada orang yang butuh

233

Tidak ada satupun yang kekal di dunia ini selain dari ketenaran yang tidak tertandingi.

234

Para dewa akan menghormati mereka yang telah memperoleh ketenaran abadi ketimbang orang bijak yang telah mencapai kediaman para dewa.

235

Kemiskinan, yang menghasilkan ketenaran, dan kematian yang mendatangkan kejayaan tidak merupakan nasib siapa pun, kecuali nasib seorang dermawan bijak .

236

Jika seseorang lahir di dunia ini, maka dia harus memiliki sifat-sifat yang akan membuatnya terkenal, kalau tidak demikian lebih dia tidak pernah datang ke dunia ini.

237

Mereka yang tidak dapat mencapai ketenaran harus menyalahkan diri mereka dan bukan menyalahkan orang yang mengkritik mereka.

238

Jika seseorang tidak dapat meraih ketenaran semasa hidupnya, dan kegagalan itu tetap ada sesudah dia mati, maka kegagalan semacam itu merupakan sumber aib baginya.

239

Tanah yang dibebani jasad yang berupa daging dan darah tanpa ketenaran tidak akan memberikan hasil yang berguna.

240

Hanya mereka yang hidup tanpa menciptakan nama buruk yang boleh dikatakan hidup, dan mereka yang tidak mendapatkan ketenaran akan terlihat di kalangan mereka.

 

Bab 25: Memiliki Kebajikan

241

Kekayaaan yang berupa kebaikan adalah kekayaan yang sesungguhnya. Karena Kekayaan umum adalah harta benda bahkan juga dimiliki oleh mereka yang paling hina.

242

Sesudah mempertimbangkan dengan matang apa yang akan menunjang anda, tunjukkanlah rasa iba. Tidak ada satu pun kecuali sikap iba yang dapat membantu anda.

243

Mereka yang memiliki rasa iba tidak akan dilemparkan kedalam neraka kegelapan dan kesedihan .

244

Orang yang arif berkata bahwa mereka yang melindungi makhluk hidup lain dengan rasa iba tidak perlu merasa takut pada keburukan, demi jiwa mereka sendiri.

245

Rasa iba tidak mengenal kesengsaraan. Ini akan dipikul oleh semua pihak di dunia yang luas ini.

246

Mereka yang berhati batu dan suka melakukan kekejaman adalah mereka yang telah melupakan penderitaan yang mereka alami sebagai akibat menyimpang dari jalan yang benar.

247

Adapun mereka yang tidak memiliki kekayaan tidak dapat menikmati kesenangan dalam dunia ini, demikian juga mereka yang tidak memiliki rasa iba tidak akan memperoleh berkah dari alam di atas.

248

Mereka yang didera oleh kemiskinan mungkin sewaktu-waktu menikmati kekayaan, tapi mereka yang tidak memiliki rasa iba akan mengalami kehancuran tanpa penggantian.

249

Kebaikan orang yang tidak memiliki rasa iba sama langkanya dengan persepsi tentang kebenaran oleh mereka yang tidak memiliki kearifan.

250

Ketika seseorang akan memukul orang yang lebih lemah dari dirinya sendiri, diharapkan dia ingat bagaimana tubuhnya gemetar di hadapan mereka yang lebih kuat dari padanya.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

Bab 26: Berhenti Makan Daging

251

Bagaimana seseorang mungkin memiliki sifat iba, yang memiliki maksud menambah daging jasadnya sendiri, akan memakan daging hewan lain.

252

Mereka yang melindungi kekayaan akan menikmatinya, demikian juga mereka yang menunjukkan rasa iba, seharusnya menahan diri untuk tidak makan daging.

253

Pikiran mereka yang makan daging, seperti mentalitas kejam yang dimiliki orang yang membawa senjata tajam, yang tidak memiliki rasa iba.

254

Kebaikan atau dosa yang timbul dari perbuatan tidak membunuh atau perbuatan membunuh, karenanya adalah dosa jika orang memakan apa yang diperoleh dengan cara membunuh.

255

Berpantang diri dari makan daging akan membuat seseorang menjaga hidupnya. Karena itu kalau se­seorang pernah melakukan dosa dengan memakan daging, maka neraka yang menelannya tidak akan membuka mulutnya lagi untuk membebaskannya.

256

Kalau dunia tidak mau membunuh untuk dapat makan, tidak ada seorang pun yang mau menjual daging.

257

Kalau seseorang sadar bahwa daging itu merupakan penyakit tubuh hewan, maka manusia harus berpantang memakannya

258

Orang bijak yang telah meninggalkan keburukan tidak akan memakan daging yang merupakan asal keberangkatan jiwa.

259

Lebih baik menahan diri dari tindakan membunuh, berpantang diri dari memakan daging yang diperoleh dengan cara itu, daripada melakukan seribu upacara api suci

260

Semua makhluk hidup akan mengacungkan tangan menyembah orang yang tidak pernah merampas nyawa makhluk hidup dan telah berpantang diri tidak memakan daging.

 

Bab 27: Penebusan Dosa

261

Penebusan dosa ada dalam tindakan menahan penderitaan dan menahan diri untuk tidak mencederai makhluk hidup.

262

Kemulian layak didapatkan oleh seseorang karena tindakannya di masa lalu. Mereka yang tidak memiliki kebaikan di masa lalu, akan mendapatkan banyak hal sia-sia.

263

Dalam rasa cemasnya ingin memberikan pangan, papan(rumah) dan pakaian kepada mereka yang telah meninggalkan kehidupan duniawi, maka akan tampak bahwa pertapa telah lupa kepada sikap pertapa.

264

Menghalangi mereka yang mengganggu orang baik dan memuliakan orang yang berguna akan merupakan kekuatan yang didapatkan oleh orang yang baik dari kesederhanaan mereka.

265

Menjalankan sikap merendahkan diri di dunia ini menjadi mutlak, karena hal ini membantu dalam meraih apapun yang di inginkan dalam kehidupan sesudah mati.

266

Mereka yang tidak menjalankan kewajiban, yaitu mereka yang bersikap merendahkan diri. pada pihak lain, Mereka akan terjebak oleh keinginan duniawi akan berupaya mencari kekayaan,yang akan mencelakakan dirinya sendiri.

267

Semakin panas api yang mengolah emas, maka semakin murni emasnya. Demikian juga, semakin sederhana hidup seseorang, maka semakin sempurna jiwanya.

268

Semua makhluk hidup memuja orang yang mampu mengendalikan hidupnya sendiri dengan cara hidup yang sederhana.

269

Mereka yang memperoleh kekuatan melalui hidup sederhana akan memiliki kekuatan bahkan dalam menghadapi kematian.

270

Orang yang kaya itu sedikit jumlahnya dan orang yang miskin itu banyak karena jumlah mereka masing-masing sebanding dengan mereka yang menjalankan “thapas” dan mereka yang tidak menjalankannya.

 

Bab 28: Perilaku Tidak Konsisten

271

Kelima unsur yang membentuk jasad akan menc­emoohkan tingkah laku sembunyi-sembu-nyi oleh orang yang penuh tipu daya.

272

Apa guna penampilan seperti orang suci jika seseorng itu bersalah karena telah melakukan dosa dengan sadar.

273

Sikap pura-pura oleh seseorang yang tidak memi­liki keteguhan pikiran dalam membim-bingnya ke jalan yang benar dalam kehidupan pertapa disa­makan dengan sapi yang memakan rumput bagai­kan sapi berbulu harimau.

274

Dia yang berbuat dosa dengan menyamar sebagai seorang pemburu yang mencoba menjebak burung dengan cara bersembunyi di dalam semak belukar.

275

Tingkah laku sembunyi-sembunyi oleh mereka yang mencanangkan diri sebagai bebas dari keinginan duniawi pada suatu hari akan menyebabkan dirinya mencela dirinya sendiri karena tindakannya itu.

276

Tidak ada orang yang berhati begitu keras seperti mereka yang berpura-pura hidup sebagai Rohaniawan palsu tanpa meninggalkan masalah duniawi.

277

Dunia memiliki orang-orang yang bertindak dengan tampilan luar yang baik seperti warna merah buah beri Abrus, namun hatinya sehitam muka beri itu. (Wajah Dewa berjiwa Iblis)

278

Banyak orang berperilaku pura-pura dengan membersihkan bagian luar diri mereka dan pura-pura seperti orang suci sedangkan hati mereka tetap culas.

279

Anak panah yang kejam mungkin lurus dan berbentuk begus, seruling yang merdu mungkin bengkok dan tanpa bentuk yang bagus. Karena itu bukan dari penampilan tapi dari perbuatan sifat orang itu harus dinilai.

280

Tidaklah menjadi soal apakah seseorang itu memotong rambutnya atau membiarkannya tumbuh ikal bergelombang (Botak atau Gondrong) kalau dia mampu menahan diri dari apa yang dijauhi oleh dunia.

 

Bab 29: Tidak Mencuri

281

Orang dihormati sebagai orang yang ingin mencapai kebahagiaan harus membebaskan pikirannya dari maksud yang penuh tipu daya.

282

Pikiran yang jahat itu merupakan sebuah dosa. Karena itu orang bahkan tidak seharusnya berpikir untuk menipu orang lain demi memiliki harta bendanya.

283

Kekayaan yang dihasilkan dari cara penuh tipu daya mungkin kelihatannya bertambah sesaat, tapi pada akhirnya akan lenyap sekaligus.

284

Keinginan yang melebihi batas karena ingin menipu orang lain dalam merampas milik orang lain itu akan mendatangkan kemiskinan tiada henti bila saat pembalasan tiba.

285

Mencari kesempatan dalam menipu orang lain bukanlah sifat mereka yang ingin mencapai kemulian dan kebaikan.

286

Mereka yang memiliki keinginan tinggi untuk mencuri tidak akan pernah sesuai dengan aturan hidup yang benar.

287

Ilusi sifat mencuri tidak mungkin penuh tipu daya dalam diri mereka yang menginginkan kehidupan yang benar

288

Karena kebaikan menetap dalam hati mereka yang telah menyadari kebenaran, namun demikian, sikap tipu daya juga akan menetap dalam pikiran mereka yang mahir mencuri.

289

Mereka yang tidak tahu apa-apa kecuali mencuri akan menghancurkan hidupnya dengan perbuatan hina yang mereka rencanakan.

290

Mereka yang mencuri akan menjalani hidup penuh penderitaan. Mereka yang bebas dari niat buruk ini tidak akan ditolak oleh para dewa.

 

Bab 30: Berbicara Kebenaran

291

Kebenaran yang hakiki termasuk Tutur kata yang tidak mencederai siapa

292

Jika Sebuah ucapan akan menghasilkan kebaikan yang tulus, bahkan ucapan yang bersifat kepura-puraan akan dianggap sebagai sebuah kebenaran.

293

Kalau seseorang berbohong dengan sadar, maka pikirannya sendiri akan menyiksanya atas kebohongan yang diucapkannya.

294

Jika seseorang dapat berbuat benar bagi dirinya sendiri, maka dirinya akan selalu berada dalam hati siapa pun di dunia ini.

295

Orang yang pikiran dan ucpannya benar adalah lebih besar (lebih luhur) bahkan daripada mereka yang menjalankan thapas dan berbuat amal.

296

Tidak ada ketenaran yang setara dengan nama baik karena berbuat benar. Ketenaran ini mampu mengantarkan semua kebaikan lainnya.Ketenaran itu juga menjauhkan penderitaan selamanya.

297

Jika seseorang dapat menjaga dirinya untuk tidak menyimpang dari kebenaran, maka orang itu tidak perlu lagi berlatih untuk berbuat kebaikan lain.

298

Ketulusan yang tampak dari luar mungkin dapat dikukuhkan dengan menggunakan air. Ketulusan hati yang muncul dari dalam hanya akan timbul dari kebenaran.

299

Semua sepi (lampu) tidak akan ada gunanya. Cahaya kebenaran merupakan satu-satunya lampu yang didambakan oleh rohaniawan bijak.

300

Dalam semua ayat suci yang telah kita ketahui, tidak satupun yang dipuji setinggi kebenaran

                                                                                                                                                                                                                      

Tirukkural:Halaman isi

No comments:

Post a Comment